Siapa yang tak kenal Jamu? Menurut ahli bahasa, istilah “jamu” berasal dari bahasa Jawa Kuno jampi atau usada yang berarti penyembuhan yang menggunakan ramuan obat-obatan maupun doa-doa dan ajian-ajian. Jamu sudah dikenal oleh masyarakat Jawa sejak berabad-abad silam. Bagi masyarakat tradisional, Jamu digunakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan, serta menjaga kebugaran. Jamu dianggap punya posisi tersendiri karena khasiatnya masih sangat dipercaya hingga sekarang ini.

Catatan akan jejak-jejaknya telah tercatat di beberapa relief candi seperti pada Candi Borobudhur (825 M), Candi Prambanan (850M), Penataran (1200M), Sukuh (1437M), serta Candi Tegalwangi pada masa Kerajaan Hindu Buddha pasca abad 15.

Dalam prasasti Madhawapura menyebutkan adanya tukang meracik jamu (acaraki). Selain itu beberapa referensi dari naskah-naskah kuna dan arsip sejarah pun juga telah menyebutkan berbagai racikan jamu seperti pada Serat Centhini, Serat Kawruh Bab Jampi-jampi Jawi yang tertulis dalam Serat Kagungan Dalem Buku Racikan Jampi Jawi, Primbon Jampi Jawi, Bab Têtuwuhan Ing Tanah Hindiya, Kloppenburg, 1911, dan lain-lain.

Belajar dari manuskrip-manuskrip kuno dan relief candi tentang jamu, perlunya pengenalan obat (jamu) sejak dini melalui berbagai media seperti film-film pendek kepada generasi penerus bangsa juga harus terus ditingkatkan. Sosialisasi kepada masyarakat luas tentang jamu juga perlu digencarkan demi menjadikan jamu sebagai kekuatan bangsa.

Sumber:
Sastra.org
Jamupedia.com
 KITLV
Buku berjudul The Power of Jamu: Kekayaan dan Kearifan Lokal Indonesia, karya DR. Martha Tilaar dan Prof. Dr. Ir.  Bernard T. Wijaya, MM. Gramedia. 2014