Sahabat Javanologi, wayang merupakan salah satu media dakwah yang digunakan sejak zaman penyebaran islam melalui para ulama yang sering disebut dengan “Walisongo” khususnya di kawasan tanah jawa. Islam disebarkan di bumi Nusantara oleh para Wali Songo dengan damai. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penyebaran itu adalah dengan pendekatan seni budaya. Salah satu seni budaya yang menjadi media dakwah adalah wayang. Di kalangan umat Islam, jenis wayang banyak bermunculan yang digunakan sebagai media dakwah.

Seperti Wayang Purwa, Wayang Golek Menak, Wayang Suluh dan wayang lainnya. Pada perkembangannya meskipun sudah beratus-ratus tahun, ternyata wayang masih tetap eksis digunakan sebagai media dakwah hingga saat ini. Tentunya dengan menyesuaikan dengan kondisi zaman dan perkembangan teknologi yang ada. Meski wayang telah mengalami perubahan berkali-kali, perubahan tidak mematikan bentuk-bentuk wayang yang lama. Perubahan itu justru memperkaya jenis-jenis wayang yang pernah ada di Indonesia.

Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan sarana komunikasi sosial dengan media wayang semakin meningkat, maka diciptakanlah wayang baru yang dapat memadai faktor-faktor komunikasi tersebut, salah satunya Wayang Sadat pada 1986 yang didalangi oleh Suryadi WS, seorang mubalig dari kalangan Muhammadiyah.

Wayang ini berkembang di Dusun Mireng, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten dan diciptakan pada tahun 1985. Konsep Wayang Sadat saat tampil berbeda dari pagelaran wayang lainnya, khususnya Wayang Purwa. Lakon wayang yang dibawakan tidak menganut pada cerita Mahabarata atau Ramayana, melainkan cerita tokoh Islam tempo dulu seperti para wali songo, raja-raja Islam dan sebagainya. Dapat dikatakan, bahwa wayang sadat muncul menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya dengan misi pengajaran tauhid keislaman. Ajaran tauhid dalam pergelaran wayang sadat ini hanya akan menyoroti pada lakon Ki Ageng Pengging yang memiliki muatan ajaran tauhid ke-Islaman.

Sahabat Javanologi, Jika pementasan wayang pada masa Wali Songo menggunakan alat peraga dan kelengkapan teknik pakeliran, maka wayang sadat, mulai dari dalang hingga lakonnya menggunakan orang dan bercerita tentang sejarah perjuangan para Wali di Pulau Jawa. Gending dan kostum pun Islami. Gendingnya salawatan, sementara dalangnya mengunakan surban, pengrawitnya menggunakan kopiah, sedangkan sindennya berjilbab.

Penulis:
Nimas Ayu Anggraini 

Sumber:

https://semarang.merdeka.com/kabar-semarang/mengenal-wayang-sadat-media-dakwah-islam-koleksi-museum-peradaban-islam-majt-180603z.html

https://cmn101.com/telusur-wayang-wayang-sadat/