Macapat merupakan syair atau puisi Jawa bertembang (dinyanyikan). Karena pembacaannya harus dengan ditembangkan, maka macapat disebut tembang macapat atau dalam raga krama menjadi sekar macapat. (Karsono dalam bukunya, ‘Puisi Jawa Struktur dan Estetika’ Jakarta, 2001).

Tembang macapat adalah musik vokal tradisional yang berasal dari Jawa. Dikutip dari buku yang berjudul Baboning Pepak Basa Jawa karangan Budi Anwar (2020: 181), Tembang macapat adalah tembang yang berkembang di daerah Jawa dan memiliki beberapa aturan. Aturan tembang macapat terdiri dari guru gatra (jumlah baris/larik) guru wilangan (jumlah suku kata) dan guru lagu (persamaan bunyi sajak pada akhir baris).

Tembang maskumambang menggambarkan mulainya perjalanan hidup manusia yang bermula dari dalam perut ibunya. Sosok calon manusia tersebut masih berupa embrio di dalam kandungan ibunya dan belum diketahui secara jelas jenis kelaminnya. Kumambang berarti hidupnya mengambang di dalam rahim ibunya.

Maskumambang berasal dari kata “Mas” atau “Emas” yang berarti sesuatu yang berharga, dan “Mambang” atau “Kemambang” yang artinya mengambang dalam hal ini yang dimaksud adalah bayi yang hidup dalam rahim ibunya dalam keadaan mengambang. Maskumambang berarti sesuatu yang berharga berupa anak meskipun masih dalam kandungan. Anak merupakan anugerah yang sangat luar biasa yang didambakan setiap orang tua.

Tembang Macapat Maskumambang memiliki Guru Gatra: 4 baris setiap bait (Artinya tembang Maskumambang ini memiliki 4 larik atau baris kalimat).

Guru Wilangan Tembang Macapat Maskumambang yaitu: 12, 6, 8, 8 (Artinya kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 8 suku kata). Dan Guru Lagu Tembang Macapat Maskumambang yaitu: i, a, i, o (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal i, baris kedua berakhir vokal a, dan seterusnya).

Watak Tembang Maskumambang

Bram Palgunandi menjelaskan dalam buku Serat Kandha Suluk Tembang Wayang, watak pada tembang maskumambang biasanya dilantunkan dalam syair atau lirik yang temanya kesedihan dalam menyikapi hidup. Selain itu, jenis tembang ini juga menggambarkan anak yang durhaka kepada orangtuanya dan akhirnya mendapat kesulitan serta kesengsaraan dalam hidupnya.

Oleh karenanya, tembang maskumambang lazim digunakan untuk menampilkan suasana yang mampu mengunggah emosi bagi pendengar dan pelantunnya. Misalnya rasa sedih, belas kasihan, kesusahan, ketidakberdayaan, cemas, kesengsaraan, haru, prihatin, dan lain sebagainya.

Aturan Tembang Maskumambang

Menulis lirik tembang maskumambang tidak dapat dilakukan sembarangan. Selalu ada tata cara atau aturan yang perlu dipatuhi untuk mendapatkan karya yang indah.

Aturan tembang maskumambang biasanya mengatur jumlah suku kata, baris dan vokal tembang di akhir kata.

Aturan tembang seringkali disebut dengan paungeran. Berikut tiga paungeran maskumambang yang dihimpun dari buku Filsafat Ku oleh Wafa aldawamy.

  • Guru Gatra Tembang Maskumambang: Guru gatra adalah banyaknya jumlah baris (larik) dalam bait suatu tembang. Jenis tembang maskumambang memiliki guru gatra 4. Artinya, dalam satu bait terdiri dari 4 baris.
  • Guru Wilangan Tembang Maskumambang: Guru wilangan adalah banyaknya jumlah suku kata (wanda) dalam setiap larik (baris) suatu tembang. Jenis tembang ini memiliki guru wilangan yang terdiri dari 12, 6, 8, 8 suku kata.
  • Guru Lagu Tembang Maskumambang: Guru lagu adalah persamaan bunyi sajak di akhir kata dalam setiap larik (baris). Jenis tembang ini memiliki guru lagu yang terdiri dari i, a, i dan a.

Contoh Tembang Maskumambang

 

Gereng-gereng Gathutkaca sru anangis,

Sambate mlas arsa,

Luhnya marawayan mili,

Gung tinameng astanira.

(M. Sukir Abimanyu Kerem: XI. 1)

Artinya:

Gathutkaca meraung-raung menangis den gan keras,

Rintihannya menyentuh hati,

Airmatanya mengalir,

Sangat banyak ditutupi dengan tangannya.

Sumber 

https://kumparan.com/berita-hari-ini/tembang-maskumambang-makna-watak-aturan-dan-contohnya-1wymv1XsUqy/full

https://www.gurusiana.id/read/rochadiarif/article/memaknai-tembang-macapat-3693942

Penulis :

Salsabilla Riska Julianna