Kesenian Jawa Ketoprak

Hallo Sahabat Javanologi! Tahukah kalian bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan seni dan budaya sejak zaman dahulu loh, dan itu telah diakui di berbagai penjuru dunia. Salah satu kesenian terbaik di Indonesia adalah Kesenian Ketoprak Jawa Tengah. Ketoprak adalah sejenis seni pentas drama tradisional yang diyakini berasal dari Surakarta dan berkembang pesat di Yogyakarta, oleh karena itu kesenian ini sering disebut sebagai Ketoprak Mataram. Pada awal mulanya, ketoprak menggunakan iringan lesung (tempat menumbuk padi) yang dipukul secara berirama sebagai pembuka, iringan saat pergantian adegan, dan penutup pertunjukan sehingga terkenal disebut sebagai Ketoprak Lesung. Dalam perkembangannya, Ketoprak kemudian menggunakan iringan gamelan jawa, dan penggarapan cerita maupun iringan yang lebih rumit.

Secara Bahasa, Pengertian Ketoprak adalah suatu jenis kesenian berupa Drama, yang dimainkam oleh sekelompok pelakon di atas panggung, dengan mengangkat tema yang beragam, diantaranya perjuangan melawan penjajah, dongeng, legenda jawa, hingga cerita kehidupan sehari-hari, yang juga diiringi lawakan. Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah jawa, meski juga ada cerita fiksi. Banyak pula diambil cerita dari atau berseting luar negeri (yang terkenal adalah cerita sampek engtay). Tetapi tema cerita tidak pernah diambil dari repertoar cerita epos (wiracarita): Ramayana dan Mahabarata.

Sejarah Kesenian Ketoprak, cikal bakal Kesenian Ketoprak bermula di tahun 1887 saat beberapa pemuda desa yang memainkan lesung sambil menari dan melantunkan tembang dolanan, hingga terciptalah seni pertunjukan sederhana. Kemudian pada tahun 1914, RM Wreksodiningrat yang seorang seniman tari dan Wayang Wong di Keraton Surakarta menciptakan kesenian kethoprak. Lahirnya kesenian ini adalah terinspirasi oleh kondisi masyarakat saat itu yang memang membutuhkan hiburan baru. Masyarakat sudah bosan dengan hiburan lama yang mereka dengar hanya melalui lisan. Dulu para pemainnya adalah laki-laki karena menyesuaikan tema yang lebih mengarah ke peperangan dan pengembaraan. Selanjutnya, seiring dengan bertambahnya variasi alur cerita, pemain wanita pun dilibatkan. Pertunjukan kethoprak biasanya berlangsung sekitar 4-6 jam dengan dialog berbahasa Jawa kromo inggil dan ngoko. Bahasa digunakan sesuai dengan tingkatan, misalnya raja dengan raja, raja dengan abdi, serta abdi atau rakyat biasa dengan sesamanya. Umumnya dialog para pemain lebih berpedoman pada naskah yang telah dibuat oleh sutradara. Pada mulanya seni tari lebih mendominasi pertunjukan dengan tambahan sedikit dialog. Selanjutnya, meski unsur tari tetap dipertahankan, secara bertahap porsi dialog pun ditambahkan. Jenis-jenis Ketoprak secara umum terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu Ketoprak Lesung, Mataram dan Dor. Berikut pengenalan singkatnya:

1. Ketoprak Lesung, ini adalah jenis pertama sekaligus menjadi cikal-bakal perkembangan Ketoprak. Bagi yang belum tahu, Lesung adalah sebuah alat tempat menumbuk padi, cara menggunakannya ialah dengan menghentakkan tongkat yang ujungnya bulat. Hentakan tersebut akan menghasilkan bunyi yang cukup keras. Maka dari hasil bunyi tersebut dikombinasikan antara satu dengan yang lain, sehingga menciptakan alunan suara yang tersusun. Menurut situs ki-demang.com, untuk mementaskan Ketoprak Lesung ini, dibutuhkan setidaknya 10-15 pemain (pria dan wanita), serta 5-7 orang sebagai pemusiknya. Memang semua tergantung dari tema cerita dan keadaan saat tersebut.

2. Ketoprak Mataram, berikutnya bernama Mataram, yang merupakan hasil dari perkembangan Ketoprak Lesung di atas. Alat musik yang digunakan adalah Gemalan Jawa, serta berkembang pesat di Jateng, Jatim dan DI Yogyakarta. Terdapat 4 macam pengelompokan adegan dalam jenis ini, yakni Jejer/Pasewakan, Lawak, Perang dan Roman (Gandrung). Untuk tema cerita tidak terbatas alias bebas dari mana saja.

3. Ketoprak Gor, yang terakhir bernama Gor. Pada pementasan seni yang satu ini, tidak lagi mengusung unsur “Jawa” sepenuhnya, tapi sudah terkombinasi dengan budaya Melayu, India bahkan Tionghoa, dengan ciri khas berupa bahasa, lakon dan musik. Ketoprak Dor merupakan warisan tradisi hiburan orang-orang Jawa Deli di Sumatra bagian Timur. Seni pertunjukan ini lahir di tengah-tengah situasi perbudakan terburuk dalam sejarah Asia Tenggara dan menjadi bagian sejarah kuli kontrak di tanah Deli

Hal ini tidak terlepas dari Kesenian Ketoprak Jawa Tengah, yang sejatinya juga memiliki beberapa fungsi, terutama dalam bidang Hiburan, penyampaian pesan, hiburan bahkan, unsur keagamaan bahkan ritual, di bawah ini ialah beberapa Fungsinya dalam berbagai elemen kehidupan :

1. Bidang Pendidikan, untuk bidang pendidikan, Nilai kesenian akan tertransformasi melalui unsur-unsur kebudayaan yang terkandung didalamnya. Dalam pertunjukkan Ketoprak, Pelakon utama pasti akan jadi pusat perhatian, sekaligus panutan bagi para penonton. Sehingga, keberadaannya bisa dimanfaatkan dalam penyampaian nilai dan norma berupa ajaran positif. Untuk itu, setiap pelakon harus mampu membawakan perannya sebaik mungkin, supaya penyaluran makna bisa mengalir dengan lancar kepada penonton.

2. Bidang Ritual/Keagamaan, yang namanya tradisi, sangat dekat dengan istilah Ritualitas. Hal ini juga tidak lepas dari Kesenian Ketoprak Jawa, yang sejatinya juga melekat unsur ritual keagamaan. Bahkan di sebagian daerah, kamu akan menemukan adanya berbagai sesajian yang terlihat sebelum pertunjukkan dimulai. Sebenarnya, ini adalah kepercayaan kuno tentang keyakinan bahwa, jika suatu persembahan dilakukan, maka bisa memperlancar jalannya pertunjukkan, dan permohonan-permohonan akan terlaksana dengan baik.

3. Bidang Hiburan, kesenian Ketoprak yang memiliki sub Humor, tentunya makna sebagai Hiburan semakin terpampang jelas, selain itu juga dikemas secara ringan, tidak melulu serius dan banyak lawakan/guyonan yang membetahkan.

4. Kritik Sosial, tahukah kamu? Dulu, di pertengahan abad ke-19, pertunjukkan Seni Ketoprak pernah dilarang di seluruh daerah oleh pemerintah Jepang (sebelum Merdeka), alasannya adalah karena terlalu banyak mengkritik kepemerintahan. Sebenarnya hingga kini, tidak hanya Ketoprak, kesenian tradisional lainnya juga masih banyak yang mengandung kritik sosial didalamnya. Salah satu penyebabnya adalah karena masih banyak yang menganut paham Paternalistik, yang menyebabkan mereka tidak bisa mengkritik secara langsung. Sehingga, mereka meng-apresiasikannya melalui kesenian.

Perkembangan akan terus terjadi. Tugas kita adalah melestarikan dan menjaganya sampai kapanpun.

 

Penulis:
Mahardika Kurnia Ardhi

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Ketoprak_(seni_budaya)

https://pesona-indonesia.info/kesenian-ketoprak/