Pusat Unggulan IPTEK (PUI) Javanologi Universitas Sebelas Maret menyelenggarakan kegiatan berupa Malam Kesenian dan Serah Terima Gamelan Raras Arrum dari Ikatan Keluarga Alumni (IKA) UNS. Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Jumat, 23 Juni 2022 di Pendhapa R, Ng. Yasadipura dengan tema: Gora Monggang. Secara harfiah berarti “Suara Gamelan yang membahana”. GORA MONGGANG menggambarkan rangkaian titi nada Gamelan yang agung dan menggelegar hingga ke seluruh dunia. Alunan gora monggang bagaikan air gunung yang menyejukkan kehidupan. Bagaikan api yang membakar semangat untuk berkarya. Alunan suaranya, bagai alun sepoi angin yang menyegarkan dan membebaskan dari seluruh aral rintangan. Gora Monggang adalah simbol dharma budaya dari tinggi dan megahnya Peradaban Jawa, di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun para tamu yang hadir diantaranya: Rektor UNS, Rektor ISI Surakarta, Bupati Magetan, para maestro, akademisi dan masyarakat umum.
Srimpi Gambir Sawit oleh Paguyuban Langen Mataya

Para tamu yang hadir diiringi dengan iringan gamelan manguyu-uyu yang ditabuh oleh pimpinan Takariadi Sapto Dibyo. Kemudian acara dibuka dengan sajian tari Srimpi Gambir Sawit yang ditarikan oleh Paguyuban Langen Mataya. Tarian ini adalah tari klasik gaya Surakarta yang ditarikan oleh 4 Penari wanita yang busana dan tata riasnya sama. Diciptakan atas perintah raja Surakarta atau sering disebut “yasan dalem” Sinuhun Paku Buwana ke VIII pada tahun 1847 Masehi. Tari Srimpi Gambirsawit menggambarkan para putri-putri raja yang sedang bersenang-senang hatinya, ibarat bunga yang sedang mekar. Gerak-geraknya tidak terlalu rumit, sederhana karena ditarikan oleh anak-anak remaja. Nama Gambirsawit diambil dari nama gendhing yang mengiringinya. Penyajian tari Srimpi Gambirsawit ini merupakan hasil pemadatan dari kelompok seni Paguyuban Langen Mataya Surakarta.

Selanjutnya, penyerahan Gamelan Raras Arrum oleh IKA UNS yang diwakili oleh Wakil Ketua, Drs. Bambang Dwi Wahyudi kepada Rektor UNS, Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum dengan penandatanganan berita acara penyerahan dan pemberian cinderamata. Raras Arrum terdiri dari dua kata, Raras yang berarti ‘Nada atau harmoni yang indah dan nyaman didengar’ dan Arrum yang berarti ‘wangi, harum yang mampu membangkitkan rasa cinta kasih sesama’. Raras Arrum diberikan sebagai nama Gamelan PUI Javanologi Universitas Sebelas Maret dimaksudkan agar tercipta berjuta karya kebajikan yang membawa kesentausaan, kekuatan yang penuh kasih, dan mampu mendorong cipta dan karya terbaik untuk UNS sebagai Universitas Berkelas Dunia. Raras Arum adalah simbol persatuan, tekad, dan semangat berkarya seluruh keluarga besar PUI Javanologi UNS. Alunan musiknya diharapkan mampu membangkitkan gelora, gairah, dan semangat untuk kreativitas sehingga PUI Javanologi UNS mampu mendunia.  Gamelan Raras Arrum merupakan hibah dari Ikatan Keluarga Alumni (IKA UNS) yang kami terima pada tangga 28 April 2022. Terima Kasih untuk IKA UNS, Bapak Rektor dan Seluruh Pimpinan UNS dan segenap Organ UNS. Raras Arrum adalah AMANAH yang harus kami emban sebagai sara untuk dapat Mempersembahkan YANG TERBAIK untuk Almamater Tercinta UNS.

Wakil Ketua IKA UNS berharap agar kedepan gamelan yang telah dihibahkan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para civitas akademika Universitas Sebelas Maret. Acara dilanjutkan dengan konser Gamelan Orchestra Gora Monggang dimana karya ini memperoleh inspirasi dari dua karya sebelumnya: Pertama, Sang Kalatidha sebuah nukilan dari Serat Kalatidha karya Ki Ranggawarsita digarap menjadi kreasi komposisi musik dengan menggunakan perangkat gamelan Jawa. Kedua, Gatra Mutiara Jawa, menggali dan mengembangkan potensi yang ada dalam tradisi gamelan agar dapat bertahan dan berkembang ditengah arus globalisasi saat ini. Parade Guritan menambah meriah pagelaran Gora Monggang karena Rektor UNS, Bupati Magetan serta Ketua PUI Javanologi turut dalam gelaran ini. Adapun geguritan yang dibacakan diantaranya berjudul Kutha Sala, Urip iku Urup dan Prawan Kidul Prapatan.

Persembahan sajian dari siswa-siswi SMK Negeri 8 juga turut memeriahkan gelaaran malam kesenian dengan judul ARUNIKA. Pandemi memang susah dimengerti, berita duka silih berganti, seakan terus berlari mengejar tanpa tahu kapan akan berhenti. Ruang-ruang sunyi menjadi lebih berarti ketimbang ramai akan menjadi ngeri. Tapi ketakutan bukan solusi, bersiap diri bahwa semua pasti akan berhenti. Bak habis gelap terbitlah terang, sang ARUNIKA indah sang fajar, kilau Mentari pagi hangat menyapa, merajut asa, penuh rahmad sang Kuasa, sambut kedepan tinggalkan kenangan, penuh harapan menuju kemenangan.


Diakhir acara, yang tak kalah menyita perhatian dari para hadirin ialah Solah Bawa Gora Monggang yang tercipta atas ide Fajar Satriadi, M.Sn. dan Komunitas Mantra Gula Kelapa. Candi Sukuh sebagai ide garapan yang simbol-simbolnya dihidupkan didalam pagelaran tari. Solah bawa Gora Monggang, Suara nada penghormatan yang dilantunkan dalam doa kesuburan Javanologi, kesuburan kita bersama dan kesuburan Tanah air. Dalam sajian karya ini para tamu yang hadir diajak untuk menari bersama sebagai wujud suka cita merayakan kegembiraan.