PUI Javanologi dan Pusat Studi Pengamalan Pancasila, Universitas Sebelas Maret menggelar Orasi Kebangsaan dan Soft Launching Gedung PUI Javanologi UNS. Kegiatan ini berlangsung di Pendapa R. Ng. Yasadipura Pusat Unggulan Iptek (PUI) Javanologi pada hari Kamis, 2 Juni 2022. Acara dimulai dengan sajian tari Bambangan Cakil dan dilanjutkan dengan Soft launching yang ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Rektor UNS, Prof. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum.

Proyek rehabilitasi Gedung PUI Javanologi yang dimulai pada 30 Juli 2021 tersebut akhirnya rampung pada 12 April 2022. Sebelumnya, pembangunan ini sempat tersendat sehingga baru direhabilitasi kembali pada tahun lalu. Ketua Proyek Rehabilitasi Gedung PUI Javanologi dari PT Mei Karya, Adiztya Wibisaputra mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan pekerjaan. Mengingat beberapa kali sempat tersendat, akhirnya proses pembangunan fisik dapat berjalan dengan baik. Beberapa yang kami dilakukan antara lain penyempurnaan struktural gedung, arsitektur gedung, pekerjaan mechanical electrical, dan area landscape di sekitar PUI Javanologi sehingga dapat difungsikan dengan baik.

Sementara itu, Kepala Balai Prasarana Pemukiman Wilayah Jawa Tengah, Budi Mulyo Utomo, S.T. mengatakan bahwa pembangunan ini didasarkan pada beberapa peraturan. Salah satunya Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2019 tentang pembangunan, rehabilitasi, atau renovasi pasar rakyat, prasarana perguruan tinggi, perguruan tinggi keagamaan Islam, dan satuan pendidikan dasar dan menengah.

Prof. Jamal Wiwoho selaku Rektor UNS mengungkapkan bahwa soft launching ini merupakan momentum yang membahagiakan bagi sivitas akademika UNS. Hal ini karena bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni lalu, UNS dapat mengadakan dua kegiatan sekaligus, yaitu soft launching dan orasi kebangsaan. Dengan selesainya pembangunan Gedung Javanologi UNS ini, Rektor UNS berharap agar tempat ini dapat melahirkan kajian-kajian dan gagasan-gagasan yang inovatif dan produktif. Baik karya dosen maupun mahasiswa tentang pengembangan kebudayaan Jawa melalui kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Acara ini juga turut mengundang Rektor Universitas Pertahanan, Laksamana Madya TNI Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, M.Sc., DESD., ASEAN Eng. yang juga menjadi pembicara utama dalam Orasi Kebangsaan dengan tema: “Pancasila dan Ketahanan dalam Konteks  Masyarakat Multikultural. Beliau menjelaskan materi tentang peran sivitas akademika dalam meningkatkan ketahanan masyarakat Indonesia. Ia mengatakan bahwa salah satu hal yang menyatukan seluruh masyarakat Indonesia adalah bahasa Indonesia. “Sejarah membuktikan bahwa musnah atau meredupnya kebesaran suatu bangsa akibat kemerosotan budaya nasional. Budaya nasional adalah gabungan dan kombinasi berbagai unsur budaya asli daerah yang berkembang dari waktu ke waktu seiiring kemajuan peradaban. Rendahnya pelestarian budaya nasional menyebabkan degradasi tata nilai kehidupan bangsa yang berujung konflik internal secara horizontal atau vertikal,” jelasnya.

Rektor Unhan tersebut juga menambahkan bahwa tingginya konflik internal berakibat pada rendahnya ketahanan nasional menghadapi serangan dari luar, baik serangan budaya maupun serangan fisik. Pertentangan suku atau etnis, pertentangan agama, pertentangan ras, dan pertentangan golongan juga dapat membelenggu terwujudnya ketahanan sosial dan budaya.

Sebagai makhluk Tuhan yang dilengkapi dengan akal dan pikiran maka manusia dalam kehidupannya harus selalu menjaga keseimbangan hubungan ke atas dengan sang pencipta, dan hubungan dengan sesama makhluk ciptaan lainnya serta alam semesta. Masyarakat Indonesia dan elemen-elemennya harus terus dibina keuletannya agar mampu menjaga stamina untuk menghadapi segala bentuk potensi pemecah belah bangsa.

Hal yang dapat dilakukan di lingkungan akademik khususnya dosen antara lain memiliki hati yang bersih dan niat yang suci dalam memberikan ilmu dan pengetahuan. Kemudian, memberikan ilmu dan pengetahuan untuk berbuat kebajikan kepada Tuhan, sesama manusia, dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Selanjutnya memiliki integritas yang tinggi antara beragama, bermasyarakat, dan bernegara. Sebelum mengakhiri orasi, Ia berpesan agar sivitas akademika senantiasa menjaga kerukunan hidup toleransi sebagai unsur utama terciptanya stabilitas keamanan dan ketahanan nasional.