Bulan suci Ramadan menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia. Di Indonesia, salah satu tradisi yang hanya terjadi di bulan Ramadan adalah berburu takjil.

Nah, berkaitan dengan takjil, di Jawa Tengah terdapat juga tradisi khas Ramadan yang cukup unik yaitu Jaburan. Walaupun sama-sama berkaitan dengan tradisi berbagi makanan di saat Ramadan, Jaburan dan Takjil memiliki beberapa perbedaan. Yuk kita simak bersama! 

Takjil berarti penyegeraan untuk menyelesaikan atau membatalkan puasa dengan makanan pembuka (biasanya berupa hidangan yang manis). Tradisi ini tercatat sudah dikenal oleh masyarakat Aceh sejak tahun 1891-1892. Namun di Jawa, penyebaran tradisi takjil dipengaruhi oleh berdirinya Muhammadiyah pada tahun 1912.

Apabila Takjil umumnya disajikan menjelang waktu berbuka puasa, Jaburan merupakan hidangan atau jamuan yang disiapkan oleh warga atau takmir masjid kepada jamaah sebagai santapan seusai salat magrib atau tarawih. Jamuan makan malam ini juga diberikan bagi jamaah yang ingin melanjutkan ibadah berdiam diri di masjid seperti I’tikaf, salat malam (Qiyam), dan tilawah. Tradisi jaburan ini memiliki makna bahwa orang yang menjalankan ibadah puasa dan qiyam harus dimuliakan dengan diberikan hidangan makan.

Sebagian besar Jaburan sudah disiapkan secara gratis jadi jamaah tidak perlu repot-repot membeli lagi, sementara takjil biasanya harus dibeli sendiri di pedagang kaki lima atau pasar tradisional. Terkadang kita juga dapat menemui orang-orang yang menyediakan takjil gratis di pinggir jalan atau masjid untuk orang-orang yang singgah atau hanya sekedar lewat.

Tradisi Jaburan sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Jawa sejak beberapa puluh tahun lalu. Walaupun tradisi ini sudah tidak sepopuler dulu, beberapa tempat di Jawa masih tetap mempertahankan tradisi ini seperti di kota Semarang, Salatiga, Surakarta, hingga Yogyakarta.