PUI Javanologi UNS menyelenggarakan soft launching Sekolah Ludruk Jagad Adi Wicara (Jawi), Universitas Sebelas Maret pada hari Sabtu, 12 Februari 2021 melalui daring Zoom Meeting pukul 14.00 WIB. Sekolah Ludruk JAWI diikuti oleh 21 mahasiswa/mahasiswi UNS dan ISI Surakarta atas asuhan dari Dr. Sugit Zulianto, M.Pd. Acara dibuka dengan sambutan Prof. Sahid Teguh Widodo, M.Hum., Ph.D sebagai Ketua Pusat Unggulan Ipteks Javanologi. Dalam sambutannya, beliau menitipkan sebuah pesan kepada para siswa-siswi sekolah Ludruk untuk “selalu narsis, kreatif dan inovatif. Sekecil apapun kegiatan, kalau dilakukan dengan semangat dan sungguh-sungguh akan membuahkan hasil yang baik”.

Dr. Sugit selaku pengasuh Sekolah Ludruk JAWI, Universitas Sebelas Maret dalam pertemuan perdananya membawakan materi tentang “Sejarah dan Dinamika Ludruk” kepada para siswa/siswinya. Beliau mengenalkan bahwa Ludruk merupakan seni pertunjukan teater tradisional Jawa yang lahir dan berkembang di kalangan masyarakat dan bersumber pada apa yang terjadi di tengah-tengah kehidupan rakyat. Darimana asal muasal ludruk pun hingga saat ini masih belum jelas. Namun menurut sebuah artikel dari www.kompasiana.com, Menurut Hendricus Supriyanto, dosen Universitas Negeri Surabaya (peniliti ludruk), bahwa ludruk telah dimulai pada tahun 1907 oleh Pak Santik dari Desa Ceweng, Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Awalnya, ludruk dimulai dari kesenian ngamen yang berisi syair-syair dan iringan musik sederhana, Pak Santik dan teman-temannya, Pak Pono dan Pak Amir berkeliling dari desa ke desa. Pak Pono mengenakan pakaian wanita dan wajahnya dirias coret-coretan agar tampak lucu. Dari sinilah penonton melahirkan kata “Wong Lorek”. Akibat variasi dalam bahasa, maka kata “Lorek” berubah menjadi kata “Lerok”. Tentunya jika di Surabaya maka ludruk disampaikan dengan bahasa khas Suroboyoan, diiringi gamelan, tari ngremo, parikan, kidungan dan dagelan yang menghibur dan membuat penonton terbahak-bahak mesikpun ada kalanya diselingi oleh kritik-kritik sosial. Ludruk disampaikan dengan bahasa sehari-hari dan mengangkat tema yang ringan sehingga menjadi kesenian yang sangat merakyat dan bisa diterima oleh semua kalangan pada jamannya.