Didi Kempot, musisi terkenal kelahiran Surakarta, Jawa Tengah ini merupakan anak dari keluarga  seniman. Ayahnya ialah seorang pemain ketoprak, sedangkan ibunya merupakan pesinden asal Ngawi, Jawa Timur. Pria bernama asli Didi Prasetyo ini meneruskan apa yang telah ditempuh sang ibu dengan menjadi seorang musisi kemudian meneruskan kiprahnya dengan hijrah ke Jakarta. Didi Kempot pun mendulang popularitas terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ketenaran itu dipicu karena lagu-lagu Didi Kempot menggunakan lirik bahasa Jawa. Lagu-lagu seperti Cucak Rowo, Stasiun Balapan, Sewu Kuto atau Prau Layar pun banyak diputar dan dikenal oleh penggemar musik keroncong dan campursari di tanah Jawa hingga sekarang.

Namun, Didi bukanlah penyanyi yang tergolong sebagai one-hits-wonder atau langsung tenar karena satu lagu. Karier bermusiknya panjang dan puluhan bahkan ratusan lagu hits lain telah diciptakannya. Ia mengawali karier sebagai penyanyi jalanan di Solo pada 1984 atau saat usianya 18 tahun selama lebih kurang dua tahun. Sejak saat itu pula ia mulai aktif mencipta lagu sendiri kemudian mendapatkan gelar The Godfather of Broken Heart (Sang Bapak Patah Hati) lantaran banyak lagunya bertema kesedihan cinta. Nama Didi Kempot tenar bahkan hingga ke negara Suriname dan Belanda. Dia juga beberapa kali memenangi anugerah musik nasional di Suriname. 

“Saya nyanyi ada satu lagu Jawa judulnya ‘Cidro’, di Indonesia kurang terkenal, ternyata ada turis Suriname di Indonesia, domisili di Belanda, lagu itu lalu diputar di radio Amsterdam, lagunya digemari sekali,” katanya.

Didi kempot juga terkenal sering mencantumkan nama-nama tempat dalam lirik maupun judul lagunya. Beliau secara tidak langsung berniat mempromosikan tempat-tempat tersebut dengan menyebutkan nama tempat dalam karyanya, seperti dikutip dari Tribunnews.com.

“Karena tempat wisata banyak orang punya kenangan disitu tempat terminal, stasiun, pelabuhan, tempat wisata, masjid ada cinta dan ada tangis disitu,” ucap Didi Kempot. 

Hal ini sesuai dengan ciri lagunya yang kerap mengandung kesedihan dan nama suatu tempat di Indonesia. Alasannya karena ia yakin sebuah tempat pasti punya kenangan tersendiri bagi setiap orang.

“Kita sebagai warga negara paling tidak ikut mempromosikan pariwisata yang ada di daerah kita itu baik, kayaknya senang aja gitu bisa membahagiakan orang daerah tersebut,” kata Didi Kempot saat ditemui di Menara Kompas, Kamis (1/8/2019)

Namun kiprahnya harus berakhir pasca Penyanyi campursari legendaris Didi Kempot dikabarkan meninggal pada Selasa 5 Juni 2020 lalu di RS Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah. Jenazah sang musisi ternama itu dimakamkan di Ngawi, Jawa Timur. Dengan begitu, Indonesia kehilangan satu lagi wajah berbakat di kalangan masyarakatnya.