Sejarah Pasar Gede
Sahabat Javanologi, bagi kalian yang berdomisili di Solo Raya pastinya sudah tidak asing dengan Pasar yang satu ini. Pasar Gede hardjonagoro merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kota Solo yang tidak pernah berhenti beraktifitas selama 24 jam setiap harinya.
Pasar Gede dibangun oleh seorang arsitek berkebangsaan Belanda, Ir Herman Thomas Karsten. Ia juga banyak merancang desain bangunan-bangunan zaman kolonial di Semarang seperti Pasar Johar. Ciri khas bangunannya adalah bangunan urban kolonial yang dipadukan dengan unsur lokal. Seperti yang ada di Pasar Gede, kita dapat melihat perpaduan unsur Jawa, Eropa, Cina, dan Arab pada bangunan pasar.
Kini, pasar yang ramai menjadi tujuan wisata ini telah berusia 92 tahun sejak diresmikan Paku Buwono X pada 12 Januari 1930. Aneka kuliner dan kebutuhan pokok bagi warga Solo sebagian didistribusikan oleh para pedagang melalui pasar ini.
Pasar Gede beberapa tahun terakhir tidak hanya dikenal sebagai pasar tradisional saja, namun di sekitar area pasar kini juga di fungsikan sebagai sentra kuliner. Banyak UMKM milik anak muda yang mulai menjajakan produknya di Pasar Gede, sehingga mulai banyak muda-mudi yang berkunjung ke Pasar ini.
Pasar Gede, bagi sebagian kalangan bukan hanya tempat dimana transaksi jual beli komoditas dagang berlangsung. Namun Pasar Gede merupakan salah satu tempat ikonik yang menyimpan sejarah panjang Kota Solo. Kawasan Pasar Gede merupakan kawasan yang secara langsung menjadi contoh kehidupan Solo yang plural dan harmoni.
Bertempat di sisi selatan Pasar Gede, berdiri klenteng Tien Kok Sie yang merupakan klenteng Vihara Avalokiteswara tertua di Solo. Tempat ini menjadi tujuan utama bagi masyarakat baik dari dalam maupun luar kota Solo ketika menjelang hari perayaan Imlek. Mereka berbaur merayakan kemeriahan hari besar etnis Tionghoa tersebut, tanpa memandang perbedaan keyakinan.
Apabila anda menyukai konten-konten kami, kunjungi laman Instagram dan YouTube kami dan bagikan konten kami kepada teman-teman anda.
